Senin, 30 Maret 2020

Renungan Ibadah Keluarga VI



RENUNGAN IBADAH KELUARGA
GMIST JEMAAT ULU
Bacaan : Yesaya 40 : 27 – 31
--------------------------------------------------------------------------
        
Ada pepatah kuno yang berkata “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”. Dari pepatah ini menggambarkan bahwa tidak ada sesuatu yang diperoleh secara instan, semua membutuhkan proses. Umat Israel ada dalam pembuangan di Babel sekitar tahun 598 dan 582 SM, dimana pada masa itu umat mengalami kekecewaan dan keputusasaan yang mendalam. Karena ditengah penderitaan dan penidasan yang dilakukan oleh penguasa Babel mereka justru merasa bahwa Allah meniggalkan mereka. Klimaks dari kekecewan dan keputusasaan mereka yang mempertanyakan keberadaan Tuhan terlihat jelas dalam Yesaya 40:27 “Hidupku tersembunyi dari Tuhan, dan hakku tidak diperhatikan Allahku”.
         Dengan kondisi yang dialami oleh Israel pada waktu itu Yesaya menyadari bahwa apa yang dialami oleh Israel adalah karena ketidaksetiaan mereka kepada Tuhan. Tetapi kendatipun demikian mereka menikmati janji pemulihan dari Allah. Kondisi dunia yang terjadi saat ini dengan mewabahnya Virus Corona tidak jarang menghentar kita untuk mempertanyakan keberadaan Tuhan. Iman VS Hikmat menjadi perbincangan dikalangan media sosial. Tanpa kita sadari dengan kondisi yang terjadi saat ini justru menuntut kita untuk melihat sejenak diri kita? Renungkan… dengan Iman kepada Tuhan kita percaya bahwa kondisi yang kita alami saat ini akan segera berlalu, tetapi dengan hikmat juga kita dituntut untuk bijak menyikapi hal ini.
         Takut, dan kuatir adalah manusiawi tetapi tidak berarti kita harus menghindar atau menyerah. Justru terajak bagi kita di dalam ketakutan dan kekuatiran itulah kesempatan memohon pertolongan Tuhan ketika mengadapi berbagai rintangan dalam hidup ini. “orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru” Yesaya 40:31a. kata “menanti-nantikan” sama artinya dengan “kesetiaan pada Tuhan”. Ini merupakan suatu pengharapan yang sungguh kepada Tuhan bahwa Ia tidak akan meninggalkan dan membiarkan umatNya menghadapi kesulitan hidup seorang diri. Sebagaimana Allah memberi janji pemulihan bagi Israel maka Ia pun akan menjamin kehidupan kita dan kita kan dipulihkan dari kondisi kehidupan saat ini. Amin (IP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar