Sabtu, 04 April 2020

Renungan Minggu Sengsara VII




RENUNGAN IBADAH MINGGU
PENGHAYATAN MINGGU SENGSARA KE VII
Pembacaan Alkitab: Matius 27:27-31
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
JANGAN BERIMAN BUTA

Sebuah kain kafan di kota Turin Italia menggambarkan sesosok tubuh yang mati teraniaya. Ratusan luka terekam jelas di atas tubuhnya. Luka cambukan, luka bekas paku, luka lebam pukulan, tikaman di lambung dan luka koyak di kepalanya. Banyak orang yang menganggap bahwa itu adalah kain kafan yang dipakai untuk membungkus tubuh Yesus setelah ia diturunkan dari salib. Bagi kita, tak perlu bukti kain kafan itu untuk percaya bahwa Yesus sudah teraniaya sampai mati. Kita mengimani bahwa Ia benar-benar menderita dan tersalib.
Alkitab khususnya Injil Matius yang menjadi pembacaan kita hari ini, mencatat bahwa bukan hanya penderitaan fisik yang Ia alami, tetapi juga ia harus direndahkan secara mental. Ia diolok-olok oleh para prajurit Romawi. Jika ditanyakan apakah Ia sanggup membela diriNya? Tentu saja bisa! Lalu mengapa Ia diam saja? Karena ia tahu hanya dengan menerima semua siksaan itu, hanya dengan menerima semua hinaan itu, ia dapat menanggung kutuk dosa yang akan ditimpakan kepada kita. Ia harus bersedia “kalah” agar kita dimenangkan. Yesus bersedia menderita agar manusia diselamatkan. Di tengah kondisi dunia yang diancam virus Corona (Covid 19), kita sebagai gerejaNya diperhadapkan pada tantangan Iman yang belum pernah dialami sebelumnya. Melalui bagian Alkitab ini kita belajar betapa sayangnya Allah kepada kita (baca Yohanes 3:16). lalu apakah itu membuat kita kebal (imun) terhadap penyebaran virus itu? Jangan beriman buta!
Menghadapi fenomena virus Corona dengan iman buta sama halnya dengan mengendarai mobil atau motor sambil menutup mata, dan yakin akan selamat. Yang penting yakin saja. Sebagai orang yang mengimani Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, tentu kita percaya pada Kuasa Alla yang Maha Dahsyat. Tetapi bukan berarti kita tidak boleh waspada. Langkah-langka preventif dan kuratif perlu dilakukan. Mengajak sesama untuk menerapkan pola hidup sehat, menghimbau untuk meminimalisir penularan virus, menahan diri untuk tidak untuk bepergian ke daerah-daerah yang tingkat penularannya tinggi kecuali sangat mendesak, mempraktekkan pembatasan sosial dan upaya-upaya lainnya. Itu bukan karena tidak beriman, tetapi kustru karena beriman.
Yesus bersedia menderita bagi kita, dihina sedemikian rupa bukan agar kita bisa mati konyol. Mintalah selalu hikmat dari Tuhan dalam menghadapi situasi sulit ini. Ingatlah bahwa Kristus tidak pernah berhenti mengasihimu. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar