RENUNGAN IBADAH MINGGU
PENGHAYATAN MINGGU SENGSARA KE VII
Pembacaan Alkitab: Matius
27:27-31
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
JANGAN BERIMAN BUTA
Sebuah kain kafan di kota Turin
Italia menggambarkan sesosok tubuh yang mati teraniaya. Ratusan luka terekam
jelas di atas tubuhnya. Luka cambukan, luka bekas paku, luka lebam pukulan,
tikaman di lambung dan luka koyak di kepalanya. Banyak orang yang menganggap
bahwa itu adalah kain kafan yang dipakai untuk membungkus tubuh Yesus setelah
ia diturunkan dari salib. Bagi kita, tak perlu bukti kain kafan itu untuk
percaya bahwa Yesus sudah teraniaya sampai mati. Kita mengimani bahwa Ia
benar-benar menderita dan tersalib.
Alkitab khususnya Injil Matius
yang menjadi pembacaan kita hari ini, mencatat bahwa bukan hanya penderitaan
fisik yang Ia alami, tetapi juga ia harus direndahkan secara mental. Ia
diolok-olok oleh para prajurit Romawi. Jika ditanyakan apakah Ia sanggup
membela diriNya? Tentu saja bisa! Lalu mengapa Ia diam saja? Karena ia tahu
hanya dengan menerima semua siksaan itu, hanya dengan menerima semua hinaan
itu, ia dapat menanggung kutuk dosa yang akan ditimpakan kepada kita. Ia harus
bersedia “kalah” agar kita dimenangkan. Yesus bersedia menderita agar manusia
diselamatkan. Di tengah kondisi dunia yang diancam virus Corona (Covid 19),
kita sebagai gerejaNya diperhadapkan pada tantangan Iman yang belum pernah
dialami sebelumnya. Melalui bagian Alkitab ini kita belajar betapa sayangnya
Allah kepada kita (baca Yohanes 3:16). lalu apakah itu membuat kita kebal
(imun) terhadap penyebaran virus itu? Jangan beriman buta!
Menghadapi fenomena virus
Corona dengan iman buta sama halnya dengan mengendarai mobil atau motor sambil
menutup mata, dan yakin akan selamat. Yang penting yakin saja. Sebagai orang
yang mengimani Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, tentu kita percaya
pada Kuasa Alla yang Maha Dahsyat. Tetapi bukan berarti kita tidak boleh
waspada. Langkah-langka preventif dan kuratif perlu dilakukan. Mengajak sesama
untuk menerapkan pola hidup sehat, menghimbau untuk meminimalisir penularan
virus, menahan diri untuk tidak untuk bepergian ke daerah-daerah yang tingkat
penularannya tinggi kecuali sangat mendesak, mempraktekkan pembatasan sosial
dan upaya-upaya lainnya. Itu bukan karena tidak beriman, tetapi kustru karena
beriman.
Yesus bersedia menderita bagi
kita, dihina sedemikian rupa bukan agar kita bisa mati konyol. Mintalah selalu
hikmat dari Tuhan dalam menghadapi situasi sulit ini. Ingatlah bahwa Kristus
tidak pernah berhenti mengasihimu. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar